Mengoptimalkan Bahan Bangunan – Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat terungkap, hanya sekitar 40% bahan bangunan yang sering dipakai dalam aktivitas konstruksi. Sementara sisanya hanya menjadi stock, dan limbah yang pada akhirnya kurang baik terhadap lingkungan.
US Green Building Council, konsultan bangunan ramah lingkungan di Amerika Serikat memperingatkan pentingnya mengoptimalkan penggunaan material dalam aktivitas pembangunan. Hal ini dikarenakan, proses produksi sering mengakibatkan jutaan sampah terbuang, dan berpotensi merusak lingkungan.
Atau lebih tepatnya 325 juta ton sampah material bangunan sering terbuang setiap tahunnya di Amerika Serikat. Tentu saja angka ini akan menjadi lebih besar jika digabung dengan aktivitas konstruksi di berbagai belahan dunia.
Penelitian tersebut diungkap oleh The Construction and Demolition Recycling Association dalam mengikuti proses pembangunan di amerika serikat. Dalam temuannya, hanya sekitar 40% material yang sering digunakan dalam aktivitas membangun gedung dan sebagainya.
Sementara 30% lainnya menjadi material yang sengaja dibuang dan menjadi limbah konstruksi setiap tahunnya. Oleh karena itu, US Green Building Council menyarankan sedikit modifikasi dari aktivitas konstruksi yang sering dilakukan setiap tahunnya.
Modifikasi perilaku tersebut dikenal dengan istilah “reduce, reuse, and recycle”. Yang artinya mengurangi bahan-bahan yang tidak diperlukan (Reduce), memanfaatkan kembali sisa material (Reuse) dan jika memungkinkan mendaur ulang limbah konstruksi menjadi produk bernilai ekonomis.
Mengoptimalkan Bahan Bangunan dalam Aktivitas Konstruksi
Modifikasi Cara Penggunaan Material Bahan Bangunan
Secara spesifik, untuk menghindari proses pembuangan sampah bahan bangunan konstruksi bisa dimulai sejak perencanaan. Dalam hal ini membuat skema bangunan atau gedung secara detail, efektif dan efisien.
Desain yang efektif dan efisien adalah rancangan yang bertanggung jawab, dengan meminimalisir sedikit atau banyak permasalahan. Sehingga selain memperlancar proses produksi, hal ini juga menunjang optimalisasi penggunaan material bangunan.
Setiap kesalahan yang terjadi akan meningkatkan risiko proses pembuangan material. Dan hal ini bisa saja terjadi, karena rancangan desain yang kurang memperhatikan beberapa kendala yang akan dihadapi saat proses pembangunan.
Selain memperkecil kesalahan, proses penghitungan yang tepat akan membuat proses budgeting pembelanjaan bahan material lebih efektif. Tidak terlalu kebanyakan namun juga tidak sampai kekurangan bahan.
Bukan hanya bahan material, proses perancangan yang baik juga dapat menghitung seberapa banyak sumber daya yang dibutuhkan. Baik Sumber daya manusia, maupun peralatan berat jika dibutuhkan dan sebagainya.
US Green Building Council juga mengingatkan kebiasaan “Reduce, Reuse, and Recycle” sebaiknya juga diterapkan dalam aktivitas konstruksi. Secara spesifik mereka juga menjelaskan beberapa cara lain yang bisa digunakan dalam mengoptimalkan Bahan Bangunan Dalam Aktivitas Konstruksi.
Menggunakan Kembali Material. Seperti serpihan, atau potongan kayu, sisa batu bata, semen dan sebagainya sering terbuang sia-sia. Karena material tersebut dianggap tidak utuh, dan tidak bisa digunakan kembali.
Kebiasaan ini yang sering berdampak pada penumpukkan limbah material konstruksi. Karena sekecil apapun sisa material tetap bisa dimanfaatkan untuk membangun salah satu struktur bangunan lain dengan beberapa cara kreatif.
Beberapa serpihan batu bata dan sejenisnya pada dasarnya dapat dicampur sebagai bagian material pengikat. Campuran dengan semen dan bebatuan sisa batu bata dan sebagainya akan membuat struktur lebih kuat dan sangat baik.
Sementara material yang masih memiliki ukuran lebih besar, masih bisa digunakan untuk menutup bagian yang lain, dengan ukuran yang sesuai. Selain itu proses dekorasi juga akan baik jika dilakukan dengan sisa material dan sedikit kreativitas.
Tak hanya pada proses pembangunan, limbah konstruksi juga sering terjadi karena aktivitas pembongkaran atau pembangunan ulang rumah atau gedung. Dibanding limbah pembangunan, limbah aktivitas dekonstruksi biasanya lebih besar jumlahnya dan berpotensi membuat penuh tempat sampah sekitar.
Memanfaatkan kembali material sisa bongkaran dalam hal ini adalah cara yang bijak. Dan bahkan jika bisa digunakan kembali, cara ini juga akan membantu Anda dalam proses penghematan biaya (proses budgeting).
Karena proses pembelian material yang seharusnya dilakukan bisa terpenuhi berkat sisa material yang sudah tidak digunakan kembali. Anda bisa melakukan ini, atau berkonsultasi dengan kontraktor rumah atau bangunan dengan alasan agar lebih ramah lingkungan.
Mempertimbangkan ukuran
Terkadang ekspektasi sering terlalu besar dibanding kebutuhan. Dalam hal membangun rumah atau bangunan, beberapa bagian kadang tidak diperlukan, dan bisa menjadi pertimbangan awal untuk dikurangi, atau diperkecil.
Diantaranya mengoptimalkan luas ruangan atau struktur bangunan pendukung lainnya. Pertimbangkan kembali apakah hal tersebut Anda butuhkan, karena jika tidak hal ini akan membuat waktu dan biaya akan terbuang percuma.
Cara ini memang sedikit agak rumit, terutama bagi Anda yang tidak memiliki banyak literasi dalam aktivitas konstruksi. Namun dengan bekerjasama dengan perusahaan konstruksi yang tepat, hal tersebut bukan sebuah permasalahan yang besar.
Proses rancangan
Seperti dijelaskan di atas, konsep membangun, merubah atau merombak total bangunan perlu pertimbangan matang. Selain masalah biaya, cara ini juga dapat meminimalisir jumlah sampah konstruksi yang terbuang setelah aktivitas pembangunan.
Dalam hal ini jika ada material yang masih layak, ada baiknya digunakan kembali. Atau jika ada beberapa struktur bangunan yang masih bisa digunakan ada baiknya tidak dirobohkan dan dibangun ulang, cukup menambahkan ornamen baru yang dibutuhkan.
Selain itu, perhitungan yang cermat akan membuat penggunaan material efektif dan efisien. Disamping itu, proses ini dapat menekan proses budgeting, sekaligus meminimalisir dampak pencemaran lingkungan yang ditimbulkan.
Pemilihan material yang tepat
Merupakan cara menghindari pembuangan sampah konstruksi, diantaranya Karbon Dioksida. Tak hanya sampah material, polusi udara sering menjadi sampah yang terbuang dari aktivitas ini.
Salah satunya oleh pembuatan beton, yang dalam sebuah penelitian menyumbang setidaknya emisi karbon sebanyak 5%. Oleh karena itu, penggunaan material bahan bangunan lain yang ramah lingkungan bisa menjadi alternatif lebih ramah lingkungan.
Misalnya ubin kaca, Drywall, Beton jenis agregat dan sebagainya. Beberapa bahan tersebut memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak berpotensi menyumbang emisi gas berbahaya, seperti Karbon dioksida dan sebagainya.
Sampah untuk aktivitas fabrikasi
Cara terakhir adalah memilah beberapa jenis sampah, sehingga pada akhirnya dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku produk atau kebutuhan lain. Misalnya mengolah air limbah menjadi lebih aman untuk digunakan, sampah kayu untuk produk olahan dan sebagainya.
Proses pembuangan jenis sampah ini sangat besar jumlahnya dan berpotensi menjadi biang polusi yang kurang bersahabat dengan alam. Mengubah sedikit kebiasaan akan berdampak luar biasa, diantaranya proses pembiayaan lebih hemat, dan pasti ramah lingkungan.
Leave a Reply